Di jantung daerah kumuh Jakarta berdiri sebuah gedung apartemen tua yang menjadi markas persembunyian para pembunuh dan bandit kelas dunia yang paling berbahaya. Sampai saat ini, blok apartemen kumuh tersebut telah dianggap tidak tersentuh, bahkan untuk perwira polisi yang paling berani sekalipun. Diam-diam di bawah kegelapan dan keheningan fajar, sebuah tim elit SWAT berjumlah 20 orang ditugaskan untuk menyerbu apartemen persembunyian tersebut untuk menyergap gembong narkotik terkenal yang menguasai gedung tersebut.
Tapi ketika sebuah pertemuan dengan seorang pengintai membuka rencana mereka dan berita tentang serangan mereka mencapai sang gembong narkotik, lampu dalam gedung tiba-tiba padam dan semua pintu keluar diblokir. Terdampar di lantai enam dan tanpa jalan keluar, satuan khusus tersebut harus berjuang melawan penjahat-penjahat terburuk dan terkejam untuk bertahan hidup dalam misi penyerbuan tersebut.
Film ini diputar Perdana di Indonesia pada Jogja-Netpac Asian Film Festival 2011 setelah mendapatkan sanjung puji ketika world premiere-nya di Toronto International Film Festival (TIFF) pada 8 September lalu, dinobatkan oleh penonton di sana sebagai one of the best action movies tahun ini.Benar saja, film arahan Gareth Evans dan diproduksi Ario Sagantoro, dan dimainkan Iko Uwais, Ray Sahetapy, Joe Taslim, Donny Alamsyah, dan Yayan Ruhian itu, mengalir seperti parade kekerasan yang tak berkesudahan. Pada titik tertentu, film yang hak pendistribusiannya telah dibeli rumah produksi raksasa Sony Pictures, untuk diedarkan di Amerika Serikat itu, tak ubahnya tontonan pornografi kekerasan.Aksi baku hantam, jual beli sepakan, dan saling menguji ketahanan tubuh nyaris di luar batas ketahan fisik manusia -sampai di sini nyaris terlihat nonsen- dengan tulang dasar ilmu beladiri pencak silat Harimau dari Sumatera Barat, menjadi sajian utama. Tidak berlebihan jika film yang music score aslinya digarap Fajar Yuskemal, dan Aria Prayogi, kemudian disempurnakan Mike Shinoda dari Linkin Park dan Joseph Trapanese itu, oleh Hollywood Reporter ditulis,"The Raid' Starts midnight madness on a butt-kicking Note". Pujian serupa dilayangkan Twitch Film, yang menyebut film ini, "Will kick you in the head and make you like it."Tidak ayal, seusai pemutaran The Raid di XXI Yogyakarta, Jumat (16/12) tepuk gemuruh membahana. Film yang hak edarnya juga telah dibeli Alliance untuk diedarkan di wilayah Kanada, Momentum (Inggris Raya), Madman (Australia), SND (Prancis), Kadokawa (Jepang), Koch (Jerman), HGC (China), dan Calinos (Turki) itu benar-benar berhasil membuat jatuh hati penontonnya.Kehebohan film inilah yang membuat penjualan tiketnya, sebagaimana dikatakan Direktur Festival Budi Irawanto, jauh-jauh hari sudah sold out. Dan memaksa panitia memutarnya sebanyak dua kali. Kelarisan film ini pula yang juga membuat sejumlah distributor film di Russia, Scandinavia, Benelux, Islandia, Italy, America Latin, Korea hingga India juga berebut mengedarkan film laga ini di wilayah edar masing-masing, setelah menyaksikan screeningnya di TIFF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar